Selasa, 08 Oktober 2024

Jejak Nusantara di Yogyakarta


                                   

                                         Jejak Nusantara di Yogyakarta 

    Malam itu, saya mendapat notifikasi email dari Kampus Merdeka yang bikin jantung berdegup kencang—saya terpilih untuk mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ke Yogyakarta, tepatnya di Universitas Amikom. Rasanya campur aduk! Di satu sisi, seneng banget karena Yogyakarta adalah kota impian saya sejak SMA. Tapi di sisi lain, ada rasa sedih karena harus meninggalkan keluarga dan tinggal jauh dari mereka.

    Setelah dinyatakan lolos, saya langsung cari info sebanyak mungkin tentang Yogya. Mulai dari makanan enak sampai tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Dan akhirnya, pada 1 September, kami yang dari Aceh tiba di Bandara Internasional Yogyakarta. Rasanya campur aduk—haru, gugup, tapi juga excited banget! Ini pertama kalinya saya ke Yogya, dan semuanya terasa baru dan asing. Untungnya, saya ketemu teman-teman baru yang asyik dan cepat akrab, jadi adaptasi pun jadi lebih mudah dan menyenangkan. Setiap hari ada aja hal baru yang saya pelajari.

    Beberapa hari setelah tiba, pihak kampus Amikom mengadakan acara penyambutan untuk mahasiswa PMM3 INBOUND. Hari pertama itu, kami semua berkumpul dan memperkenalkan daerah masing-masing. Seru banget melihat teman-teman dari berbagai penjuru Indonesia, dari ujung timur sampai ujung barat. Dan Yogya menjadi titik tengah yang menyatukan kami semua.

    Selama kuliah di Amikom, saya ambil jurusan yang berbeda dari kampus asal, yaitu Teknologi Informasi. Ada tiga mata kuliah yang benar-benar bikin saya semangat: Ekonomi Kreatif, Fotografi, dan UI/UX. Selain karena topiknya seru, dosennya juga keren abis! Mereka sangat up-to-date dengan perkembangan teknologi, dan banyak di antaranya punya pengalaman di dunia startup. Setiap kelas terasa hidup dan penuh dengan ide-ide segar. Saya merasa dapat banyak ilmu baru yang sangat bermanfaat.

    Tinggal di Yogya? Satu kata: seruuuuuu! Saya sering jalan-jalan, menjelajah kuliner khas seperti gudeg, bakso ikan, tahu aci, dan nggak ketinggalan sate serigala yang legendaris itu. Pantai-pantai di Yogya juga nggak kalah keren! Selain itu, saya suka jalan kaki pulang dari kampus ke kos, sambil menikmati suasana Yogya yang tenang dengan orang-orang yang ramah. Malioboro dan Alun-Alun Kidul (Alkid) jadi tempat favorit saya, selalu ramai dengan makanan dan kerajinan tangan yang menarik.

    Tapi yang paling berkesan adalah teman-teman PMM. Kami semua berjumlah 48 orang dari berbagai daerah, dan kepala suku kami dengan bangga menyebut kami "Yogya48". Kami sering mengadakan acara seru seperti potluck, senam pagi, dan malam keakraban yang bikin kami semakin akrab satu sama lain. Dari sini, saya belajar betapa indahnya perbedaan. Kami sering berbagi cerita tentang budaya dari daerah masing-masing, dan rasanya saya jadi lebih menghargai setiap perbedaan yang ada.

    Selain kuliah, setiap Sabtu kami diajak jalan-jalan dalam kegiatan Modul Nusantara. Dua dosen kami, Bu Rumini dan Pak Fahri, serta dua LO, Mbak Shafilla dan Mas Herman, membawa kami menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Yogya. Kami belajar tentang toleransi keagamaan di kota ini, mengunjungi Kelenteng dan masjid yang lokasinya berdekatan. Kami juga pergi ke Keraton Yogyakarta, Monumen Yogya Kembali, Gua Banker, hingga melihat jejak letusan Gunung Merapi. Sebagai penutup, kami berkontribusi dengan menanam pohon mangrove di pantai, sebuah pengalaman yang bikin saya merasa lebih terhubung dengan alam.

    Nggak terasa, empat bulan dua minggu di Yogya berlalu begitu cepat. Dan tiba-tiba saja, kami sudah di H-2 untuk kembali ke kampus asal. Acara pelepasan diwarnai dengan banyak pelukan dan air mata. Berat rasanya meninggalkan semua kenangan dan teman-teman di sini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang sudah menghadirkan program MBKM ini, khususnya PMM Batch 3. Program ini mempertemukan kami—orang-orang dari berbagai pulau dan daerah—di satu titik kecil bernama Yogya, dan menciptakan sebuah keluarga baru.

    Oh iya, buat kalian yang mau ikut program serupa, saya punya beberapa tips nih! Pertama, jangan malu untuk belajar sedikit bahasa dan budaya lokal. Itu bikin interaksi kalian dengan warga setempat jadi lebih seru. Kedua, buat daftar tempat yang pengen dikunjungi selama di Yogya—pastikan Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis masuk daftar ya! Dan yang paling penting, nikmati setiap momen di sana!

**"Terima kasih, Yogyakarta, telah menjadi rumah kedua yang hangat dan ramah. Di setiap sudutmu, aku menemukan kedamaian, di setiap langkahku, ada cerita yang tak terlupakan. Kau ajarkan aku makna sederhana tentang hidup—bagaimana cinta tumbuh dalam kebersahajaan dan harapan mekar di tengah keramaian. Dari gemuruh ombak Parangtritis hingga gemerlap lampu Malioboro, setiap detik bersamamu akan selalu terpatri dalam kenangan. Terima kasih, Yogya, telah memelukku dengan budaya, senyum, dan cerita yang tak pernah pudar."**


Sampai jumpa di ceritaku berikutnya yaaa!
Bye bye bye!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah: Berbentuk Bangunan atau Seseorang?

  Rumah: Berbentuk Bangunan atau Seseorang? Apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu, Saat kamu mendengar kata "Rumah" ? Apaka...